Selasa, 01 November 2016

Salah Target


Salah Target


            Mentari enggan menampakkan wajahnya di pagi ini. Dingin menyelimuti tubuh wanita paruh baya, yang memiliki ratusan helai rambut berwarna putih, melekat di ubun kepala. Semangat bekerja yang tak pernah henti dalam dirinya, sontak terdiam saat matanya terbelalak pada gagang pintu yang mencurigakan. Langkah demi langkah penuh perasaan ragu, membuat wanita paruh baya menyalahkan dirinya.

            Jemari tangannya yang bergoyang tak terkendali, tanda gemetar menghantuhi tubuhnya. Dengan mengangkat helaian kain batik yang melekat di tubuh, memberanikan diri memasuki rumah yang telah menjadi tempat bekerja selama 2 tahun. Perasaan ragu terbayar akan pertanyaan besar. Beberapa tatanan di ruang keluarga berubah dari biasanya.

            Gagang pintu yang dipegangnya terasa goyang dan akan lepas. Namun ketika memeriksa ruangan lainnya, tidak ada perubahan sama sekali. Bergegas wanita paruh baya (57th) mendatangi rumah orang tua pemilik rumah. Mengingat terakhir kali menutup rumah sampai membukanya lagi, wanita ini membela diri bahwa dirinya tidak bersalah.

            Orang tua dan keluarga pemilik rumah segera mendatangi rumah tersebut. Menjawab rasa penasaran dari tutur kata wanita paruh baya dan mencari kebenaran yang ada. Memang benar kondisi gagang pintu bergoyang, karena sekrup di tepi sudut gagang pintu tidak terkunci dengan baik. Lebih mencurigakan lagi dua sekrup itu tidak ada.

            Letak kursi yang berada di dekat pintu, bergeser seolah menjauhi pintu. Berbalik dengan keberanian salah satu keluarga. Iil (25th) keluarga pemilik rumah, yang tinggal di sebelah rumah tersebut. Menceritakan perasaan semalam yang tidak seperti biasanya.

Hujan yang mengguyur Kota Gresik (25/10) lalu, merubah suasana rumah tersebut. Gelap gulita, hanya cahaya beberapa rumah di sebelahnya. Penuh tumpukan boneka, beberapa perabotan rumah dan tak berpenghuni. Menjadi kehidupan, setelah menyandang status rumah kedua. Hanya pagi yang menyapa rumah tersebut, saat sore dan malam keheningan yang tersisa.

Iil memiliki kebiasaan tidur malam dan mengontrol pintu gerbang depan, bagian jalan samping antar rumah. Namun tetesan air hujan memanggilnya terlelap dalam sandaran tempat tidur. Segeralah pintu gerbang di tutup lebih awal dari biasanya. Tetapi televisi membuatnya mengugurkan niat untuk memejamkan mata terlalu awal. Film India selalu menemaninya di setiap malam.

 Pada malam (24/10) terasa berbeda, saat mulai memejamkan mata di kesunyian malam. Suara pintu gerbang seakan ada yang membuka. Namun hanya pikiran positif yang terlewat di benaknya. Iil melanjutkan tidurnya dengan mematikan lampu dan alat yang dapat menggeluarkan suara. Terlelap dan memulai alam mimpi.

Namun di atas jam 12.00 WIB suara aneh masih terdengar. Suasana malam yang mencengang membuatnya enggan beralih dari tempat tidur. Terdengar suara kokokan yang terbungkam, di jalan samping antar rumah. Padahal belum menunjukkan waktu pagi hari.

Kejadian malam itu menjadi penghubung kejadian di pagi hari. Entah apa yang ada di benak pencuri, untuk memasuki rumah tersebut. Rumah yang tidak menyimpan barang berharga, hanya tersisa beberapa furniture rumah dan tumpukan boneka. Menjadi tempat bersinggah saat liburan sekolah.

Kabar ini langsung terdengar oleh pemilik rumah, dari keluarga dekatnya. Menyelesaikan tugasnya di Surabaya dan bergegas pulang ke Gresik, demi menjenguk rumah miliknya. Selain itu, melihat kondisi yang ada dan memastikan keberadaan barang miliknya. Memang tidak ada barang yang hilang, hanya gagang pintu yang rusak.

Memperbaiki lebih cepat adalah hal terbaik. Memang gagang pintu yang lama sudah mengalami kerusakan. Membeli gagang pintu yang baru menjadi solusi yang tepat. Perbaikan hanya memakan waktu beberapa menit. Kehidupan rumah kedua kembali aman.

Sesuatu hal yang tidak di sangka dan sedikit menggelitik. Pencuri tersebut tidak hanya merusak gagang pintu rumah tersebut. Tetapi mengambil dua ekor ayam, dengan bulu hitam pekat dan sedikit berkilau ketika tekenah sinar matahari. Memiliki jembel merah merona. Masyarakat sekitar menyebutnya cemani.

Ayam cemani menjadi teman orang tua pemilik rumah. Mengisi waktu luang bermain dengan cemani, yang menghasilkan banyak telur di tiap minggunya. Membuat cemani terasa berbeda dengan ayam lainnya. Perawatan yang tidak begitu susah membuat cemani menjadi pilihan orang tua pemilik rumah.

Tetapi cemani sekarang hanyalah kenangan. Tidak hanya kenangan, tetapi masih tersisa satu cemani di dalam rumah ayam. Setidaknya sebagai obat penghibur luka. Suatu masalah, tidak semua terprediksikan dengan mudah. Terkadang terdapat misteri yang harus dipecahkan.

Kejadian ini membuat antisipasi semakin dikedepankan. Setiap pintu gerbang diberi kunci gembok. Lebih mewaspadai dengan suara-suara yang mencurigakan. Tetapi masalah ini menjadi pembelajaran tersendiri bagi pemilik rumah dan keluarganya untuk lebih berhati-hati.

Kerugian yang dialami tidaklah banyak, menjadikan masalah ini tidak dilaporkan kepihak kepolisian. Keihklasan mengalir dalam hati keluarga dan mengambil buah berharga dari kejadian ini. Meskipun pernah terlintas prediksi pelaku tersebut, tetapi tidak ada bukti yang mendukungnya. Karena tidak ada bekas yang ditinggalkan.

Masalah ekonomi masih menjadi salah satu faktor pendukung tindak kejahatan. Kebutuhan keseharian yang mendesak dan ingin selalu terpenuhi. Namun alat pemuas (uang) memiliki keterbatasan pemilik. Rumitnya persaingan lapangan pekerjaan menjadikan seseorang melakukan berbagai cara. Mencuri menjadi pilihan yang tidak sedikit terjadi di masyarakat.

Pencuri pemula sampai kelas kakap menjadi cibiran di masyarakat. Kekayaan, rumah mewah, tempat sepi menjadi beberapa pilihan tindak pencurian. Namun prediksi tidak selalu selaras dengan harapan. Apa yang sudah direncanakan bisa hilang karena kondisi yang berbeda. Salah target menjadi hal yang sering terjadi.


 

                    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar